Krisis Hutan, Mangrove Terjual

102, 22 hektar hutan mangrove di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai mungkin beberapa tahun lagi akan menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi. Seperti objek wisata lainnya di Bali, hutan mangrove memang memiliki daya tarik tersendiri. Mangrove merupakan benteng terakhir bagi kawasan pesisir dari abrasi pantai, bencana tsunami dan juga berfungsi untuk mencegah intrusi air laut. Hutan mangrove juga menjadi tempat hidup bagi sejumlah binatang dan biota laut serta sangat berperan karena mampu menyerap karbondioksida (CO2) lima kali lebih besar dibandingkan dengan jenis hutan lainya.

            Namun apakah menambah padatkan wisatawan di tempat yang padat (Bali Selatan) adalah salah satu daya tarik tersendiri bagi Gubernur Pastika? Hal ini bertentangan dengan perkataannya yang menyarankan adanya pembangunan merata di seluruh Bali, terutama Bali utara dan timur. Clean and Green yang menjadi jargon pemerintah ini pun mulai dipertanyakan.

            Sebelumnya, Gubernur Pastika memberi izin di kawasan Tahura Ngurah Rai seluas 102,22 hektar kepada PT Tirta Rahmat Bahari sebagai pengelola. Di lokasi itu rencananya akan dibangun 75 penginapan, 8 rumah makan, 2 fasilitas spa, 5 kafe, 1 restoran, 5 kios, 2 kantor, 1 kolam renang dan 1 gedung serba guna. Hal ini serta merta mengejutkan DPRD Bali yang tidak tahu menahu tentang pembahasan perizinan tersebut. Masyarakat sekitar pun merasa terasingi di daerahnya sendiri karena tidak pernah sekalipun pihak investor atau pemerintah mensosialisasikan hal ini, tiba-tiba saja sudah keluar izin.

            Pemberian izin ini melawan amanat Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali. Pasal 59 ayat (3) huruf b Perda ini menyatakan pemerintah mendukung pencapaian tutupan vegetasi hutan minimal 30 persen dari luas wilayah Pulau Bali. Faktanya, saat ini Bali hanya mempunyai luas hutan tidak lebih dari 23 persen. Bali masih kekurangan kawasan hutan seluas lebih dari 7 persen. Oleh karena itu, logikanya, Gubernur Bali harus menambah kawasan hutan, bukan malah memberikan izin kepada investor untuk memanfaatkan kawasan hutan mangrove. Apalagi jika luasnya sangat mencengangkan, 102.22 ha.

            Perkembangan terakhir LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali telah menggugat Gubernur Bali I Made Mangku Pastika karena telah memberi izin pembangunan fasilitas wisata di kawasan hutan mangrove Ngurah Rai. Gugatan didaftarkan Walhi bersama 10 pengacara senior yang tergabung dalam Tim Advokasi Penyelamat Kelestarian (Tapak) Mangrove Bali ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Denpasar, Rabu (2/1). Diharapkan masyarakat dan jajaran pemerintah turut serta mempertahankan konsistensi dari komitmen bersama menjaga alam Bali.(ari)

Image

Mari Berkarya!

Mari Berkarya!

Salam KANAKA..!!!
bagi teman-teman yang suka menulis puisi/cerpen, membuat komik strip, ahli dalam hal foto, mari kirimkan karya anda ke redaksi KANAKA…
Tema: Mozaik Wajah Bali
kami tunggu karya kalian..

KUNJUNGAN MAHASISWA UNNES KE FAKULTAS SASTRA UNUD

Hari rabu (30/01) di Fakultas Sastra tepatnya di audit Widya Sabha dilaksanakan kunjungan persahabatan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kegiatan ini merupakan kunjungan pertama UNNES ke UNUD sekaligus ke Bali. Dengn kunjungan ini diharapkan bisa menjalin hubungan baik antara kedua universitas sekaligus bisa saling berbagi dalam hal Jejepangan.

Acara ini dibuka dengan tari penyambutan sekar jagat. Tarian ini cukup membuat peserta dari UNNES antusis menyaksikan tarian khas Bali ini. Setelah tarian ini dilanjutkan dengan sambutan dari ketua jurusan sastra Jepang Fakultas Sastra UNUD yaitu, Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum. atau lebih akrab dipanggil Tuti sensei menyampaikan beberapa patah kata sebagai penyambutan atas kedatangan para mahasiswa UNNES.

Selain itu kedua perwakilan dari masing-masing universitas ini mempresentasikan tentang program studi serta kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam sekali kepengurusan mereka. Diawali dari Tuti sensei dengan menjelaskan pengetahuan umum tentang Universitas Udayana dan Fakultas Sastra sendiri seperti, sejarah berdirinya Fakultas Sastra, visi dan misi UNUD serta Fakultas Sastra dan program kerja dari jurusan Sastra Jepang.

Dari UNNES juga mempresntasikan beberapa kegiatan dari program studinya. Diantaranya mereka mengadakan kegiatan sosial dengan mengajar anak-anak berbahasa jepang dan penghijauan. Mereka juga menyelenggarakan kegiatan pengakraban antara adik kelas dengan kakak kelas. Untuk acara puncaknya digelar acara kampong boedaja (KB) untuk acara seluruh jurusan yang ada di Fakultas Sastra UNNES. Dan sehari setelahnya diadakan pensi yang merupakan pementasan berbagai seni yang dipersembahkan oleh mahasiswa –mahasiswa Fakultas Sastra UNNES.

Sedangkan dari fakultas sastra UNUD mempresentasikan kegiatan-kegiatan yang tentunya tidak kalah menarik yang dilaksanakan selama ini. Seperti bazzar, PKM, bakti sosial dengan mengajarkan anak SD disekitar lingkungan fakultas sastra dan kegiatan puncak yaitu D’Jafu (The Japan Festifal of Udayana). Dijelaskan juga dalam kegiatan ini ada serangkaian acara yang menunjang kegiatan ini yaitu lomba story telling, menulis hiragana dan katakana, stand makanan, costplay, foto yukata, dan obake(rumah hantu)

Perwakilan dari UNNES juga mempersembahkan tarian khas semarang yang dipersembahkan oleh 2 orang  perempuan dan 2 orang laki-laki yang disebutkan dengan tari semarangan. Tarian   ini juga mendapatkan sambutan yang cukup antusias dari seluruh orang yang hadir pada hari itu. Acara ini diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari masing-masing universitas. Dan terakhir dilakukan foto bersama untuk mengabadikan kebersamaan antara UNUD dan UNNES.

SEHAT DENGAN PANGAN SEHAT

SEHAT DENGAN PANGAN SEHAT

Lapangan Puputan Margarana, atau lebih dikenal dengan lapangan Renon seperti biasa selalu dipadati oleh orang-orang yang datang untuk berolahraga. Tidak beda dengan hari minggu (27/01) kemarin. Namun ada pemangdangan yang agak berbeda dari depan monumen Bajra Sandhi. Disana diadakan kampanye pangan sehat yang diadakan oleh K2PS (Kelompok Konsumen Pangan Sehat).

Makanan adalah salah satu kebutuhan yang paling penting dalam hidup ini. Namun zaman sekarang banyak sekali makanan yang sudah tidak sehat lagi. Banyak sekali makanan yang kita makan sehari-hari mengandung bahan pengawet, pewarna, dan penyedap yang tidak alami. Hal inilah yang menggerakan sebuah kelompok bernama K2PS untuk mengajak orang-orang kembali pada pangan sehat hasil produk lokal.

Pada kampanye kali ini K2PS mengadakan kampanye yang berisikan berbagai kegiatan, diantaranya teatrikal yang diadakan dari jam 08.00-10.00. Teatrikal berisikan tentang bagaimana mensosialisasikan makanan sehat kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu 2 pedagang asongan yang menjual cemilan yang kurang sehat, diganti makanannya dengan makanan sehat.

Dalam acara kali ini juga tersedia info pangan sehat dan pangan lokal kepada pengunjung yang kebetulan lewat disekitar tempat itu. Ada juga pembagian produk sehat seperti, beras, bayam, kacang panjang, jamur, tomat, ketimun yang tentunya merupakan produk lokal dan pangan organik. Yang menarik di acara ini adalah adanya beberapa mahasiswa yang membawa banner mini yang berisikan tulisan-tulisan tentang bagaimana keadaan produk lokal serta pangan sehat yang ada di Bali.

DR. Gede Wijana yang merupakan dosen Fakultas Pertanian, selaku penasehat di dalam K2PS mengharapkan dengan adanya acara ini masyarakat sebagai konsumen  bisa paham tentang pangan sehat dan pangan lokal produksi negeri kita sendiri. Diharapkan pula dengan ini konsumen mau untuk memperbanyak konsumsi pangan sehat serta produk lokal dibandingkan dengan produk import. Dengan bagitu selain kita membuat tubuh sehat,  kita juga dapat menolong pertanian Indonesia yang produknya makin lama makin digerus oleh produk   import.

Aside

“CINTA TANPA BATAS”NYA PAK HABIBIE

Pada hari Sabtu (26/01) di gedung Widya Sabha Universitas Udayana diadakan seminar yang mengangkat tema  “Cinta Tanpa Batas”. Seminar ini dibawakan oleh seorang presenter kondang yaitu Rosianna Silalahi yang memang biasanya membawakan acara yang bertajuk talk show  dengan pejabat-pejabat dari negeri kita ini. Bintang tamu pada seminar kali ini adalah presiden ketiga Republik Indonesia Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie.

Pada seminar yang bertema “cinta tanpa batas” ini, Pak Habibie mengungkapkan tentang perjalanan cintanya bersama istrinya, Ibu Ainun. Beliau mengungkapkan bahwa inspirasinya menulis buku yang berjudul “Habibie dan Ainun” karena beliau tenggelam dalam duka setelah seminggu ditinggal oleh istri tercintanya. Denga menulis buku ini, Pak Habibie merasa bebas dari sara dukanya. Begitu mengilhaminya buku ini sehingga seorang sutradara bernama Hanung Brmanantyo  memfilmkan kisah  dari kehidupan Pak Habibie bersama  istri Beliau.

Pada kesempatan ini Beliau juga menyampaikan cinta tanpa batas yang dimilikinya bukan hanya berarti mencintai orang terdekat tapi juga negara tercinta kita Indonesia. Beliau menceritakan bagaimana dulu kerasnya hidup di Jerman, hingga akhirnya sukses  setelah 13 tahun kemudian. Suatu  saat ketika masih tinggal di Jerman Pak Habibie sempat ditawari untuk tinggal disana dan bekerja disana dengan dilengkapi segala fasilitas yang dibutuhkan ,dengan syarat Pak Habibie pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Jerman. Namun beliau menolak karena cintanya  beliau kepada Indonesia.

Menurut beliau dalam hidup ini cinta adalah bagaimana cara kita agar bisa bersinergi positif dalam budaya, agama, dan ilmu pengetahuan. Dengan bersinergi positif maka kita akan dapat menjadi diri pribadi  yang lebih baik lagi. Yang dapat menjadi apa yang kita inginkan serta kita impikan. Presiden ketiga kita ini berpesan agar kita selau bersinergi positif, apalagi sebagai generasi muda, beliau mengharapkan agar kita bisa lebih hebat lagi dari pada Pak Habibie sendiri.

Pada sesi pertanyaan melalui tweeter salah seorang mahasiswa Udayana menanyakan satu pertanyaan yang cukup menggelitik, yaitu bila Pak Habibie bisa bertemu lagi dengan Ibu Ainun, apa yang akan dilakukan oleh Pak Habibie? Pak Habibie pun menjawab, jika ada kesempatan Beliau bertemu dengan istrinya, Beliau akan mengatakan “Ainun, kamu cantik sekali”. Jawaban yang lucu sekaligus mengharukan bagi yang menonoton saat itu, hingga ada beberapa mahasiswa yang meneteskan air mataya. Begitulah cinta Pak Habibie kepada Ibu Ainun, begitu juga cinta Beliau kepada Negara Indonesia, Negara kita tercinta.

Meraih Sukses Melalui Jurnalistik

Nyoman Merta Wigarbha, seorang jurnalis senior dengan seabreg aktivitas, membuka PJM Kanaka hari kedua, Sabtu (22/12). Dengan membawa beberapa majalah hasil karyanya, ia memasuki ruang 20 dan menyampaikan materi mengenai berita kisah atau yang dikenal sebagai feature. Ia menjelaskan secara detail tentang ciri – ciri, gaya penulisan hingga jenis – jenis feature. Bahkan, di sela – sela kesibukannya, ia masih sanggup menyusun contoh – contoh berita kisah dari beberapa media cetak yang kemudian dibagikan kepada peserta.
Tidak hanya memberikan materi mengenai teknik penulisan berita kisah, ia juga memotivasi segenap peserta dan panitia PJM Kanaka untuk terus mengembangkan bakat jurnalistik. Hal ini ia sarankan dengan pertimbangan bahwa jurnalis merupakan “manusia langka” alias profesi ini belum banyak digeluti.

Nyoman Merta Wigarbha, yang juga merupakan Ketua Komite Wartawan Reformasi RI Daerah Bali, mengatakan bahwa Fakultas Sastra semestinya mampu menciptakan produk – produk jurnalistik yang unggul. Ia juga mengharapkan nantinya dari Fakultas Sastra akan lahir jurnalis – jurnalis muda dengan pemikiran yang luas dan kritis.
Menurutnya, menjadi jurnalis merupakan salah satu jalan menuju kesuksesan. Ia menyebutkan beberapa wartawan yang telah maju dan berhasil meraih kesuksesan, yaitu antara lain Andy F. Noya, host acara Kick Andy, Menteri BUMN Dahlan Iskan, pengusaha sekaligus politisi Surya Paloh. Ia juga mengungkapkan pengalaman – pengalamannya selama berkecimpung dalam dunia jurnalistik.
“Saya membiayai kuliah saya dengan menjadi wartawan” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa dengan sedikitnya orang yang berminat untuk menjadi jurnalis maka tersedia banyak peluang bagi kita untuk meraih kesuksesan. Pendiri Majalah Craddha, yang pernah aktif di Akademika ini, menyatakan bahwa jurnalis merupakan profesi yang menjanjikan. Jadi, siapa bilang jadi jurnalis tidak bisa sukses?
(IM)

Ananta Wijaya : Jadi Penulis Hanya Masalah Kemauan

Image

(21/12) Menulis Essay. Ananta Wijaya, wartawan The Jakarta Post, memberikan materi tentang penulisan essay

“Menjadi seorang penulis bukanlah masalah saya mampu atau tidak, melainkah saya mau atau tidak”, ungkap Ananta Wijaya, kontributor The Jakarta Post, dalam PJM Kanaka 2012, Jumat (21/12). Ananta Wijaya, yang didaulat sebagai pembicara dalam kelas penulisan essay ini, berkali – kali membakar semangat para peserta PJM dengan kata – kata motivasinya. Menurut Ananta, siapapun bisa menjadi penulis asalkan memiliki kemauan dan disiplin yang kuat.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga membagikan pengalaman serta tips dalam menulis. Para peserta dan panitia penyelenggara PJM Kanaka 2012 terlihat antusias menyimak penjelasan yang disampaikan dengan gaya santai tersebut. Gaya santainya ini menciptakan suasana akrab antar pembicara dan peserta. Bahkan ada peserta yang tidak malu – malu untuk menyatakan keluh kesah serta kekhawatiran terhadap masa depannya.

Ananta menambahkan bahwa banyak hal yang dapat digali dari lingkungan sekitar untuk dijadikan sebuah tulisan. Terkadang hal – hal kecil sekalipun dapat dituangkan dan dikembangkan dalam tulisan. Hanya saja biasanya seseorang tidak memiliki kemauan yang kuat sehingga berhenti di tengah proses penulisan. Jadi, menulis bukanlah masalah kemampuan melainkan kemauan.

“Sensitivitas” diantara “Inisiatif” dan “Kreativitas”

Image

“Inisiatif” dan “Kreativitas” tidaklah cukup. Demikian ungkapan yang disampaikan Pembantu Dekan III Fakultas Sastra, Universitas Udayana, I Ketut Kaler, saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) Kanaka 2012 yang diselenggarakan di ruang 20 Fakultas Sastra, Jumat (21/12).  Dalam sambutannya, PD III mengusulkan agar kata “Sensitivitas” turut disisipkan dalam tema PJM Kanaka 2012. Dengan usulan PD III ini, tema PJM Kanaka 2012 menjadi “Meningkatkan Inisiatif, Sensitivitas dan Kreativitas Mahasiswa dalam Dunia Jurnalistik”

Di hadapan peserta dan panitia PJM Kanaka 2012, PD III mengungkapkan bahwa kondisi mahasiswa saat ini cukup memprihatinkan. Ia menegaskan bahwa mahasiswa saat ini memang memiliki inisiatif and kreativitas namun masih miskin sensitivitas. Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman telah mengurangi rasa peka mereka terhadap lingkungan. Menurutnya, sensitivitas wajib dimiliki oleh seluruh mahasiswa dan acara PJM yang diselenggarakan oleh LPM Kanaka merupakan salah satu wadah yang tepat untuk mengembangkan sensitivitas tersebut.

Selain itu, pada akhir sambutannya, PD III juga mengungkapkan kekecewaannya karena peserta PJM kali ini tidak berasal dari semua jurusan.   Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa PJM tahun depan harus dan wajib diikuti oleh mahasiswa dari semua jurusan di lingkungan Fakultas Sastra.

(IM)

I Ketut Kaler. M.Hum Sosok Ramah Seorang Pembina Kemahasiswaan “Butuh Rambu-Rambu Untuk Mendidik”

Image

(01/07) Bapak Kaler saat memberikan materi stadium general di Auditorium Widya Sabha

 

Bapak Kaler, begitulah panggilan akrab beliau oleh mahasiswa.Seorang Pem­bantu Dekan III (PD 3) Fakultas Sastra, Uni­versitas Udayana yang sangat ramah. Beliau adalah asli putra-putri Bali. Riwayat pendi­dikan tinggi beliau adalah S1 di Fakultas Sastra jurusan Antropologi, Universitas Udayana di tahun 1986, dan sempat berku­liah di S2 di Universitas Gajah Mada Yog­yakarta di tahun 1996, dan lulus dua tahun berikutnya. Pada awalnya Beliau beliau adalah mahasiswa jurusan sejarah, juga di Fakultas Sastra-Unud, akan tetapi beliau memilih pindah ke jurusan Antropologi. Sebenarnya beliau sudah menjadi dosen di tahun 1986, yakni tepat di tahun beliau lulus Strata 1 (S1). Perjalanan beliau tidak berhenti di situ. Beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Antropologi, Ketua Jurusan Antropolo­gi di tahun 2008, dan akhirnya menjadi Pembantu Dekan III di tahun 2011.

Semasa kuliah, beliau termasuk mahasiswa yang aktif berorganisasi. Hal ini terbukti di tahun 80an beliau adalah salah satu aktifis di resimen mahasiswa, dan dipercayakan untuk menerima mahasiswa baru oleh rektor pada saat itu.

Pada waktu diwawancara oleh salah satu tim kanaka di hari pembu­kaan PKKMB-SD tahun 2012, tepatnya di sela-sela waktu beliau untuk men­gisi acara ceramah di kegiatan tersebut, beliau tampak sangat antusias sekali. Ini membuktikan bahwa beliau adalah sosok yang hangat dan ramah. Beliau tidak sungkan-sungkan untuk menjawab dan bercerita panjang lebar menge­nai pengalaman beliau. Salah satu jawaban beliau yang berhasil tim rekam saat mengajukan pertanyaan adalah pandangan beliau mengenai tema yang diangkat dari kegiatan PKKMB-SD tahun ini. Menurut beliau tema kali ini tidak begitu sreg baginya, karena kurang seimbang antara prestasi aka­demik dan prestasi non akademik. Karena memang ada dua kegiatan acara ini yaitu, PKKMB yang menekankan pada akademik dan SD menekankan pada non akademik khususnya bagaimana mahasiswa berorganisasi didu­nia akademik. Beliau juga menambahkan bahwa untuk mendidik mahasisi­wa supaya aktif mengikuti organisasi adalah memberikannya rambu-ram­bu, salah satunya dengan memberlakukan sistem kredit partisipasi (SKP).

“Karena manusia memang memerlukan hegemoni. Sehingga Mer­eka tidak hanya berpatokan pada akademik saja, ya kalau akademiknya ba­gus. Kalau tidak ya sama saja bohong jadi keduanya harus diseimbangkan,” ujar Beliau

Salah satu harapan besar beliau adalah melihat mahasiswanya be­retika dan berbudaya, baik selama menempuh pendidikan maupun su­dah sudah menjadi alumni. Karena beliau berharap lulusan fakultas di­mana beliau mengabdi akan mendapat apresiasi dari masyarakat.

(P.B)